Sabtu, 19 Desember 2009

80% Perempuan WNI Di Luar Negeri Korban Trafficking



DEPOK (SuaraMedia News) - Perempuan menjadi korban yang paling besar dari seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di luar negeri sebagai buruh migran.
Setidaknya, 80 persen perempuan menjadi korban perdagangan manusia atau trafficking dari satu juta penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri.

Tak hanya perempuan, bahkan 27 persen anak-anak juga menjadi korban perdagangan manusia. Hal itu sesuai data yang dikantongi Koalisi Perempuan Indonesia yang menyatakan perempuan korban perdagangan manusia di luar negeri didominasi oleh buruh migran ilegal.

Sekjen Demisioner Koalisi Perempuan Indonesia, Masruhah mengatakan, hal itu terjadi karena berbagai faktor seperti, kemiskinan, krisis global, serta situasi politik dalam negeri. Kata Masruhah, kondisi tersebut berimplikasi pada tingginya angka trafficking.

"Karena situasi kemiskinan yang luar biasa mendorong tingginya angka trafficking, dan diperlukan upaya kesejahteraan yang lebih baik," ujarnya dalam acara Kongres Nasional III Koalisi Perempuan Indonesia di Graha Insan Cita, Depok, Jumat (18/12/09).

Sementara itu, Asisten Deputi Orsospol Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Laksmi Indiati mengatakan, telah ada kesepakatan antara Depnakertrans dan Kepolisian untuk menyelesaikan permasalahan perempuan korban perdagangan manusia.

"Sudah ada MoU, dan kita juga bentuk Badan Pemberdayaan Perempuan serta Pokja di daerah untuk menangani masalah perdagangan perempuan," ungkap Laksmi.

Sebelumnya, Perputaran uang yang terjadi dalam kasus trafficking (penjualan manusia) sangat tinggi dan lebih besar dibandingkan kasus narkoba dan pembalakan liar.

Deputi III Bidang Perlindungan Perempuan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Subagyo mengungkapkan, berdasarkan hasil investigasi di lapangan pada 2008, perputaran uang dalam kasus trafficking mencapai Rp36 triliun. "Dari catatan kami, peredaran uang penjualan narkoba pada 2008 sekira Rp25 triliun. Sedang illegal logging (pembalakan liar) hanya Rp15 triliun," ungkap Subagyo dalam Seminar Nasional Penanganan Trafficking dan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Salatiga, Jateng.

Dia mengatakan, tingginya angka peredaran uang dalam kasus trafficking menjadi pemicu seseorang untuk melakukan tindak kejahatan tersebut. Seminar itu juga menghadirkan pembicara utama yaitu Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia Masruchah.

Subagyo mengatakan, anak-anak menjadi sasaran empuk untuk dijadikan mangsa para pelaku trafficking. Berdasarkan catatan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, sebagian besar korban penjualan manusia adalah anak-anak. "Berdasarkan catatan yang ada, korban trafficking sebagian besar adalah anak-anak. Setelah itu disusul kaum perempuan. Persentasenya, dari seluruh korban trafficking, 70 persen adalah anak-anak dan perempuan," paparnya.

Tingginya korban trafficking dari kalangan anak-anak ini sangat memprihatinkan. Subagyo menekankan, semua pihak harus peduli dengan kasus penjualan manusia tersebut. Anak-anak, ujarnya, merupakan generasi penerus bangsa yang harus dilindungi dan dijaga dari segala ancaman bahaya.

Sementara itu, Sekretaris Koalisi Perempuan Indonesia Kota Salatiga Putnawati mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap bahaya trafficking dan kebijakan pemerintahan terkait dengan masalah ini. "Diharapkan, kegiatan ini bisa meningkatkan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi praktik trafficking dan KDRT," tandasnya.

Kasus di Indramayu

Kasus penjualan manusia yang terjadi di Desa Sukaslamet, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, baru-baru ini berhasil digagalkan aparat desa. Kepala Desa Sukaslamet Caswan mengatakan, kasus trafficking yang terjadi di desanya bermodus sebagai penyalur tenaga kerja. Biasanya pelaku berdalih akan menjadikan korbannya sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri.

"Padahal, setelah berada di luar Kota Indramayu hanya dijadikan sebagai PSK (pekerja seks komersial)," kata Caswan di Indramayu kemarin. Dia mengungkapkan, trafficking tersebut dilakukan oknum sponsor sebuah perusahaan pemberangkatan TKW. Menurut Caswan, kedok jasa pengiriman tenaga kerja itu hanya alat untuk mempermudah mereka mendapatkan korban.

"Belum lama sekira 20 gadis berhasil kami amankan dari oknum tersebut. Janji mereka biasa, akan dijadikan TKW," ujarnya. Dia menambahkan, setelah pihaknya mengecek semua persyaratan pemberangkatan TKW, ternyata dokumen 20 warga tersebut dipalsukan. Hanya foto asli yang ada, sedangkan alamat serta nama mereka diubah. Hasil dari penemuan itu telah diberitahukan kepada orangtua korban.

"Orangtua korban langsung menahan anak mereka supaya tidak jadi berangkat, serta menolak untuk menjadi TKW karena semua data mengenai ke-20 calon tenaga kerja tersebut dipalsukan. Mereka khawatir, seandainya terjadi kecelakaan atau penganiayaan oleh majikan di luar negeri," tandas Caswan. Dia menuturkan, 20 korban yang hampir menjadi korban trafficking tersebut memiliki kemampuan terbatas.

"Wajar kalau mereka sampai tertipu, tinggal kita sebagai pengayom masyarakat untuk lebih memperhatikannya. Seperti kejadian sekarang, orangtua dan anak sama-sama tidak mengerti sehingga sering dibohongi oknum sponsor TKW," katanya. Menurut Caswan, setiap warganya yang akan menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri supaya berangkat melalui agen resmi dan telah dipercaya.

Minat masyarakat Indramayu untuk menjadi tenaga kerja di luar negeri sangat tinggi karena di Kota Mangga tersebut belum ada lahan pekerjaan yang menjanjikan. Selama ini warga Indramayu hanya menjadi buruh tani, itu pun kalau musim tanam, sedangkan saat kemarau rata-rata menganggur.(okz) www.suaramedia.com

http://www.suaramedia.com/berita-nasional/15103-80-perempuan-wni-di-luar-negeri-korban-trafficking.html


Tambahkan Komentar Baru

You are commenting as a Guest. Optional: Login below.

Showing 0 comments

Urutan tampil Subscribe by email Subscribe by RSS
blog comments powered by Disqus

Berita Lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar